Baru-baru
ini dunia kesehatan dikejutkan dengan kabar tentang kemunculan penyakit
yang dipicu oleh virus Zika. Di Amerika, seorang bayi yang dipastikan
positif terinfeksi virus Zika lahir dengan kondisi kerusakan otak.
Begitu pula di Brasil, konon ribuan anak lahir dengan otak kecil
gara-gara virus ini.
Virus Zika pertama kali ditemukan pada tahun 1947 di tubuh seekor monyet
yang hidup di hutan Zika, Uganda. Kasus manusia yang terjangkit virus
Zika pertama kali terjadi di Nigeria pada tahun 1954. Masuknya virus
ini ke Asia Tenggara diawali dengan sebuah wabah di Kepulauan Mikronesia
pada tahun 2007. Pada tahun 2009, terungkap bahwa virus bisa menular
melalui hubungan intim. Meski belum ditemukan obat untuk mengatasi virus
ini, kematian akibat virus Zika belum pernah terjadi. Penderita
dilaporkan berangsur-angsur pulih setelah 2-7 hari sejak pertama kali
menunjukkan gejala terjangkit virus.
Mereka yang tertular virus Zika biasanya akan menunjukkan gejala-gejala,
seperti demam, pusing, ruam merah pada kulit, sakit pada persendian,
dan mata merah.
Bisa juga diikuti dengan sakit pada bagian belakang mata atau
muntah-muntah. Secara sepintas, gejala penyakit akibat virus Zika sangat
mirip dengan demam berdarah. Tak heran, karena menurut Dr. Herawati
Sudoyo, Ph.D, Deputi Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, virus
Zika memang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Dan sekelompok peneliti dari
University of Bahia, Brasil, berhasil mengidentifikasi nyamuk pembawa
virus Zika sebagai Aedes Aegypt dan Aedes Albopictus.
Virus Zika, jelas Herawati, tidak menyebabkan kelainan berat, seperti
halnya demam dengue. Infeksi virus ini hanya menimbulkan demam saja, dan
skalanya pun menengah. Tapi, tetap saja setiap jenis infeksi virus
perlu diwaspadai. Mengenai upaya penanggulangan dan penanganan pasien
yang terjangkit virus ini, sama seperti halnya demam dengue.
Meski di Indonesia belum ada laporan mengenai infeksi virus Zika pada
bayi dan anak-anak, seperti di Amerika dan Brasil, Anda tetap perlu
mewaspadainya, terutama di musim penghujan seperti sekarang ini. “Jika
ada pasien yang hasilnya negatif untuk demam dengue, sebaiknya tetap
perlu diteruskan dan dicari virusnya apa. Jangan puas dengan hasil yang
ada," kata Herawati. Sedangkan mengenai pencegahan, Anda bisa melakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk dan menjaga kesehatan tubuh secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar